Sediaan Supositoria
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgdcRBQJSknPJFgonjhZB5x26fA1oC1YJ2n_Nj59Copa_sqSYWrOSWbLmF16o4CHhY0aHobyEnCIEq7L89bKvXpR9m5tz5PLuZ4ei8T2Tyn9eEJKyIodrqshWAbtWaGk_EgpzGi1bQIKxe-/s1600/006.jpg)
Beberapa supositoria untuk rectum diantaranya ada yang berbentuk seperti peluru, torpedo atau jari-jari kecil tergantung kepada bobot jenis bahan obat dan habis yang digunakan, beratnya pun berbeda-beda. USP menetapkan berat supositoria 2 gram untuk orang dewasa apabila oleum cacao yang digunakan sebagai basis. Sedang supositoria untuk bayi dan anak-anak, ukuran dan beratnya ½ dari ukuran dan berat untuk orang dewasa, bentuknya kira-kira seperti pensil. Supositoria untuk vagina yang juga disebutpessarium biasanya berbentuk bola lonjong atau seperti kerucut, sesuai dengan kompendik resmi beratnya 5 gram, apabila basisnya oleum cacao.
Supositoria untuk saluran urin yang juga disebut bougie bentuknya ramping seperti pensil, gunanya untuk dimasukkan ke dalam saluran urin pria atau wanita. Supositoria saluran urin pria bergaris tengah 3-6 mm dengan panjang ± 140 mm, walaupun ukuran ini masih bervariasi satu dengan lainnya. Apabila basisnya dari oleum cacao maka beratnya ± 4 gram. Supositoria untuk saluran urin wanita panjang dan beratnya ½ dari ukuran untuk pria, panjang ± 70 mm dan beratnya 2 gram dan basisnya oleum cacao (Ansel, 1989).
Penggunaan obat dalam suppositoria ada keuntungannya dibanding penggunaan obat per os, yaitu:
1. Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
2. Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzim pencernaan.
3. Langsung dapat masuk saluran darah berakibat akan memberi efek lebih cepat daripada penggunaan obat per os.
4. Dapat mempermudah bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Bahan dasar yang digunakan supaya melelehkan pada suhu tubuh atau dapat larut dalam cairan yang ada dalam rektum. Obatnya supaya larut dalam bahan dasar bila perlu dipanaskan. Bila obatnya sukar larut dalam bahan dasar maka harus diserbuk yang halus. Setelah obat dan bahan dasar meleleh dan mencair dituangkan dalam cetakan suppositoria dan didinginkan. Cetakan tersebut dibuat dari besi yang dilapisi nikel atau dari logam lain , ada juga yang dibuat dari plastik. Cetakan ini mudah dibuka secara longitudinal untuk mengeluarkan suppositoria. ( IMO . Hal 158)
Macam suppositoria
Farmakope membedakan tiga macam Suppositoria
1. Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat (Oleum cacao)
Lemak coklat merupakan trigliserida, berwarna kekuningan , bau yang khas. Jika dipanasi sekitar 300 mulai mencair dan biasanya meleleh sekitar 340 - 350 C, tetapi pada suhu dibawah 300merupakan masa semi padat dan merupakan bagian nyata dari cairan. Dan yang cair diikat dengan tenaga tegangan muka.
Jika tentang suppositoria yang harus dibuat , tidak dikatakan apa-apa yang penting, maka suppositoria dibuat dengan Oleum cacao boleh diganti dengan malam kuning atau unguentum simplex. Selanjutnya Farmakope menyatakan, bahwa menurut sifatnya obat harus dilarutkan atau dibagikan dalam air sebelum dicampurkan dengan oleum cacao.
Hal-hal yang harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Penggantian sebagian dari Oleum cacao dengan Unguentum simplex pada umumnya tidak perlu dan hanya dipergunakan :
· Jika suatu obat padat harus kita olah dalam suppositoria, tidak dilarutkan atau tidak digerus dengan air, seperti: Folia digitalis, Diuretin, tanin dsb. Kedalam golongan ini tentu termasuk pula obat-obatan yang harus diolah secara kering, karena satu sama lainnya bereaksi, misalnya: Kalomel dengan Hydrochloras Cocaini.
· Jika suppositoria itu, karena sifat obatnya tak dapat dibuat dengan suatu pengempa hal ini teroritik kita jumpai, jika ada garam-garam dari bagian-bagian, yang dalam deret potensial terletak dibawah timah, tetapi dalam prakteknya hanya peru suppositoria dengan raksa sublimat, dan perak nitrat. Maka suppositoria itu harus dibuat dengan tangan dan untuk ini kita perlukan masa yang lebih lunak daripada masa yang harus dibuat dengan pengempaan.
· Jika suppositoria tidak dikempa satu persatu dengan pengempa tetapi seluruh masnya dibuat dengan batang yang panjang dengan suatu kempa batang dan masing-masing bagian di runcingkan dengan tangan.
· Jika dipakai Unguentum simplex, maka untuk ini kita ambil sebanyak-banyaknya 5% dari masa seluruhnya.
b. Penggantian sebagian dari Oleum cacao dengan malam kuning jarang diperlukan, kebanyakan jika persenyawaan-persenyawaan yang harus diolah dalam masa mencair dengan Oleum cacao, seperti: Hydras Chlorali, Chloretum ferricum dll. Banyak Cera flava yang dibutuhkan sangat bergantung kepada banyaknya obat sepeti itu, sebaliknya jangan dilupakan bahwa masa harus mencair pada kurang lebih 370, jadi tak boleh banyak mengandung cera flava. Cera flava yang kurang dari 4% tak dapat dipergunakan karena campuran Cera flava dengan Oleum cacao harus mempunyai titik cair yang lebih tinggi dari pada titik cair Oleum cacao sendiri. Dengan 6% Cera falava titik cairnya 370 diperlukan lebih banyak, karena penambahan obat itu menyebabkan penurunan titik cair yang besar.
c. Pembagian obat dalam masa, seperti diatas tidak selamanya berlangsung dengan cara yang sederhana yang ditunjukkan Farmakope . cara yang sederhana inilah yang kita pakai peraturan-peraturan yang sama seperti pembagian obat dalam masa salep, tetapi denga pembatasan bahwa disini kita hanya dapat mengikat air sedikit. Karena itu dalam hal ini antipirina dan resorsin dalam jumlah yang besar tidak dilarutkan dalam air, tetapi senyawa yang telah diserbuk B40 itu digerus dengan air.
Jika dalam suppositoria jumlah protargol lebih dari 5%, maka haruslah diolah secara kering . jumlah yang lebih kecil dapat dilarutkan dalam air yang bobotnya sama.
Dari petunjuk dalam Farmakope bahwa dikehendaki supaya obat yang berkhasiat dalam jumlah yang kecil digerus dengan air, karena itu kita pakai sebagai peraturan: garam-garam alkaloida selalu digerus dengan beberapa tetes air.
Suppositoria dengan Oleum cacao untuk orang dewasa bobotnya 3 g dan untuk anak-anak 2 g. Pada pembuatanya selalu mengambil masa untuk satu suppositoria lebih banyak daripada yang harus kita serahkan. Jika pada pembuatan suppositoria ini harus dituang suatu masa yang mencair, dapat kita tuangkan kedalam cetakan-cetakan logam. Yang telah diulas dengan sedikit spiritus saponatus atau kita tuangkan kedalam cetakan plastik yang sekarang ada diperdagangan. Cetakan-cetakan ini gunanya untuk diberikan dengan suppositorianya. Jadi berlaku sebagai bahan pembungkus. Tetapi cetakan-cetakkan plastik ini tidak dapat pula dipakai berulang-ulang. Pada waktu menuangkan seingkali kehilangannya lebih besar, maka dari itu kita harus membuatnya sangat berlebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar